Kajian 5
Oleh Ibnu Badri
(24/11/2017)
Pada kesempatan kali ini
penulis ingin membahas kesempurnaan akhlak Nabi yangmencerminkan kepribadianya
yang unggul, terutama kasih sayangnya yang universal terhadap seluruh alam
dalam perspektif kitab Irsyadul mukminin karangan KH Hasyim As’ari, beliau
memulai pembahasanya terlebih dahulu menyebutkan bagaimana kasih sayang Nabi
terhadap anak yatim, miskin dan rasa bersyukurnya Nabi terhadap nikmat yang telah
diberikan Allah.
KH Hasyim As’ari memulai
pembahasanya dengan mengutip 3 ayat terakhir terakhir surat Ad-Dhuha “Sebab
itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang. dan terhadap
orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya dan terhadap nikmat
Tuhanmu, Maka hendaklah kamu ceritakan”.
Setelah mengutip 3 ayat
tersebut KH hasyim As’ari memulai membahas bagaimana kharakter dan akhak Nabi
terhadap anak yatim, beliau mengutarakan bahwasanya Nabi Muhammad adalah orang
yang sangat besar kasih sayangnya terhadap anak yatim, dan selalu membela
hak-hak anak yatim. Nabi Muhammad juga orang yang sangat menganjurkan untuk
selalu memuliakan dan menjaga hak-haknya anak yatim sampai-sampai Nabitidak
pernah bermuka masam dihadapan anak yatim apalagi membentak dan menyakitinya.
Bagaimana tidak Nabi Muhammad melakukan itu semua, ia sendiri telah ditinggal
ayahnya, sejak ia masih dalam kandungan ibunya, dan dia terlahir dalam keadaan
yatim, dan tumbuh sebagai anak yang faqir dalam asuhnya ibunya sampai ibunya
meninggal dunia sedangkan usianya saat itu masih enam tahun. Pahitnya hidup
sebagai anak yatim mendorong Nabi Muhammad untuk selalu berbuat baik terhadap
anak yatim, seperti apa yang beliau sabdakan “barang siapa mengusap kepala anak
yatim, maka setiap sehelai rambut yang diusapnya, akan menjadi cahaya kelak di
hari qiyamat”. beliau juga membuat permisalan antara dirinya dengan orang yang
menanggung anak yatim seperti dua buah jari (beliau sambil menunjukan jari
telunjuk dan jari tengahnya). Mendengarkan rasa sayangnya Nabi yang begitu
besar terhadap anak yatim,membuat sahabat umar bin khotob pasti selalu
memberikan hadiah apabila ia melihat anak yatim.
Setelah menerangkan
kasih sayang Nabi terhadap anak yatim, KH Hasyim As’ari melanjutkan pembahasan
kitabnya dengan pembahan mengenai sikap Nabi Muhammad terhadap peminta-minta
yang lemah jiwanya, KH Hasyim As’ari menuturkan menghardik peminta-minta yang
lemah jiwanya bukanlah termasuk akhlak yang mulia, belia mencontohkan
bahwasanya Nabi Muhammad tidak pernah dimintai pertolongan kecuali iya
memberikan pertolongan itu atau diam. KH hasyim As’ari mengatakan bahwasanya Nabi
Muhammad adalah orang yang paling dermawan, apabila memasuki bulan ramadhan,
rasa dermawanya lebih besar dari pada angin yang dihembuskan. Diceritakan
bahwasanya Nabi Muhammad membawa uang sebanyak 70.000 dinar, kemudian beliau
meletakanya dikedalam sebuah tikar, kemudian Nabi membagi-bagi uang tersebut
untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan, Nabi tidak pernak menolak orang
yang meminta uang tersebut. Bagaimana sikap pedulinya Nabi Muhammad terhadap peminta-minta
sampai-sampai istrinya sendiri menuturkan, “saya tidak pernah melihat Nabi
muhammadmewakilkan sedekahnya kepada selain dirinya sendiri, sampai Nabi
memberikan sedekahnya melalui tanganya sendiri.
KH hasyim As’ari
menerangkan bahwasanya para ahli tafsir berbeda-beda memaknai arti kata
peminta-minta dalam ayat terakhir surat ad-dhuha tersebut, apakah termasuk
peminta-minta dalam hal harta benda, atau peminta-minta dalam keilmuan, akan
tetapi apapun bentuknya peminta-minta tersebut tidak sepatutnya bagi kita
membentak-bentaknya kecuali apabila ia memaksa atau penolakan kita secara halus
tidak diterimanya.Termasuk salah satu kharakter luhur Nabi muhammada adalah
suka berberita terhadap nikmat yang telah diterimanya (tahddust binni’mah),
meneceritakan nikmat merukapan ung kapan syukur kepada dzat pemberi ni’mat,
kemudian memberi khabar terhadap orang lain terhadap nikmat yang telah
diterimanya, supaya orang lain turut bahagia dan ikut bersyukur terhadap Allah
atas nikmat tersebut. Sahabat hasan bin ali berkata, apabila engkau mengerjakan
amal kebaikan, maka ceritakanlah terhadap kerabat dan temunmu, dengan tuhuan
supaya mereka patuh terhadapmu.
Kemudian KH Hasyim
As’ari mengambil sebuah cerita mengenail hal tersebut. Beliau berkata
bahwasanya pada suatu hari ada sesorang yang duduk dihadapan rosulullah,
kemudian rosulullah memperhatikan orang tersebut, karena pakaianya yang kumal
dan tak layak, setelah itu rosulullah bertanya kepadanya. Apakah engkau mempunyai
harta..? ya, jawabnya dengan tegas. Kemudian rosulullah berkata apabila Allah
telah memberikanmu nikmat berupa harta benda maka hendaknya tunjukanlah manfaat
nikmat tersebut kepadamu. Bersyukur membuat nikmat itu semakin bertambah,
seperti apa yang telah dijanjikan Allah dalam firmannya “ apabila engkau
bersyukur maka pasti akan kutambah nikmatnya kepadamu”.
Dari penjelasan ini,
tidak diragukan lagi bahwa nikmat tersebar yang dibebrikan Allah kepada kita
adalah nikmat iman, islam. Dan perlu engkau ketahui sesungguhnya Allah telah
menyempurnakan nikmatnya kepada umatnya Nabi muhamad, hal ini sesuai dengan
firmanya “hari ini telah kusempurnakan kepadamu agamamu, dan telah
kesempurnakan nikmatku kepadamu, dan telah aku ridhoi islam sebagai agamamu.
Yang jadi pertanyaan
sekarang sudahkan kita bersyukur hari in? Ataukah kita melalaikan nikmatnya..?
bahkan merasa kurang nikmat yang diberikan? ingat lo pada hari ini telah Allah sempurnakan
nikmatnya kepadamu.
Kemudian KH hasyim
As’ari melanjutkan pembahasanya mengenai kasih sayang Nabi Muhammad terhadap
umatnya, beliau menuliskan pembahasanya dengan mengutip firman Allah “ sebab
rahmat Allah maka berlakulah lemah lembut terhadap mereka, apabila engkau
berkeras hati terhadapnya, niscaya mereka berlari menjauhimu. Maafkanlah
mereka, dan mintkanlah ampunan mereka, dan bermusyararahlah terhadapnya suatu
urusan. Diceritkan bahwasanya Nabi Muhammad adalah orang yang lemah lembut,
tidak pernah marah-marah terhadap dirinya sendiri, dan Nabi Muhammad tidak
pernah mengikuti nafsunya, hanya saja Nabi Muhammad itu marah apabila
diterjangnya sesuatu yang telah dilarang Allah. Perlu engkau ketahui juga bahwa
kasih sayangnya Nabi terhadap umatnya lebih besar dari pada rasa sayang kedua
orang tua terhadap anaknya. Nabi sangat bahagia apabila umatnya mendapatkan
petunjuk, dan beliau bersedih hati apabila umat jatuh kedalam lembah
kedholiman, Nabi selalu memaafkan kesalahan umatnya, dan selalu memintakan
ampunan terhadap umatnya yang melakukan
kesalahan. Sangatlah tampak keutamaan dan keberuntangan umat Nabi muhammad
dengan diutusnya Nabi Muhammad, karena beliaulah yang akan menyelamatkan
umatnya, dan karena beliau juga suka bermusyawarah mengenai beberapa urusan
dengan umatnya. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah “sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu,sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas
kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
Kemudian ini KH hasyim
As’ari menjelaskan kasih sayangnya Nabi Muhammad dengan mengutip pendapatnya
Hasan bin Mufadhol,bahwasanya Allah tidak mengumpulkan kepada Nabinya dengan
dua sifat dari sifatnya, kecuali hanya untuk Nabi Muhammad saw. Allah
mengumpulakan dua sifatnya sekaligus hanya kepada Nabi Muhammad yaitu sifat
“roufur Rahim”. Hal ini sama dengan firmanya “ان الله بالناس لرؤف رحيم” . Berdasarkan penelitian salah satu teman
penulis yang kebetulan namanya Rauf, dalam skripsinya ia mengutarakan
bahwasanya dalam Al-Quran Allah tidak pernah memanggil Nabi Muhammad langsung
dengan namanya, akan tetapi mengunakan sifatnya atau gelarnya seperti ya Nabi,
ya ayuhal rosul, ya ayuhal muhammil, dll berbeda dengan Nabi lainya Allah
memanggilnya dengan namanya langsung seperti ya musa, ya ibrohim, ya daud. Hal
ini menunjukan kemuliaan Nabi Muhammad dihadapan Allah.
Sebagian dari kasih
sayangnya Nabi terhadap umatnya yaitu Nabi selalu meringankan dan memudahkan
segala urusan umatnya hal, dan Nabi juga tidak menyukai terhadap sesuatu karena
ditakutkan menjadi sutu kewajiban bagi umatnya, hal ini sesuai apa yang
disabdakanya “ kalaulah tidak memberatkan untuk umatku, pasti akan
kuperintahkan mereka untuk bersiwakan setiap mau melaksanakan sholat”.
Nabi Muhammad adalah
penyayang terhadap orang lemah, orang miskin, dan Nabi suka menjenguk orang
sakit, menyaksikan jenazah, berjalan bersama orang faqir dan para janda, dan
suka memenuhi kebutuhan orang faqir. Nabi juga selalu menijabahi segala
undangan yang datang kepadanya entah itu orang faqir, kaya, rendah, orang mulia
dll. Nabi Muhammad juga termasuk orang yang mempunyai belas kasihan terhadap
hewan, diceritakan pada suatu hari Nabi berjalan, kemudian beliau melihat unta
yang yang punggung dan perutnya telah menyatu karena sangat lapar, kemudian Nabi
bersabda bertakwalah kita semua kepadaAllah menganai hewan ini, naikilah hewan
ini secara patut, dan berilah makan juga secara patut.
Kalaulah Nabi Muhammad
itu tidak mempunyai akhlak yang mulia, sifat lemah lembut, sifat kasih sayang
maka Nabi Muhammad tidak akan mampu menyatukan orang arab, yang karakter mereka
sangat keras dalam membantah, sangat sulit ditundukan. Kita bisa melihat watak
dan kharakter keras orang arab melalui firmanya“ orang arab itu sangat kufur
dan munafik, apabila rosulullah memperlakukan mereka dengan keras hati maka
mereka pasti berlaridan menjahuinya, akan tetapi rosulullah berlaku lembut
terhadap mereka rendah hatiterhadap mereka sehingga hati mereka teratarik
terhadap islam dengan kemuliayaan dan kelembutan, kemudiaan Nabi Muhammad
mensholihkan akhlaq mereka dan menyatukanya supaya tidak tepecah belah, maka
pada akhirnya merekalah yang menjadi penolong Nabi menyebarkankan agama islam
keseluruh penjuru dunia.
Oleh karana itu sebagai genarasi islami
penerus dakwah Nabi sudah sepaputnya bagi kita untuk berdakwah dan menyebarkan
agama islam dengan cara yang santun, bijak serta tanpa disertai kekerasan.
Dari keterangan yang
telah dijelaskan KH Hasyim As’ari mengenai kasih sayang Nabi terhadap orang
lemah, miskin faqir, dll. Bahwasnya ajaran islam sangat menekankan keseimbangan
antara dimensi ritual dan dimensi social, kedua dimensi ini tidak pisah
dipisakan satu sama lainya. Kitatidak bisa mengganggap orang yang sholih dan
alim hanya karena ia rajin sholat dan ibadah akan tetapi dia tak pernah
memperdulikan keadaan sosialnya, kita juga tidak bisa menggangkap alim sholih
orang yang rajin bersedekah dan bersosial akan tetapi dia lupa akan kewajiban
terhadap tuhannya untuk sholat, puasa dan berdoa.
Prof Qurais shihab dalam
bukunya siroh Nabi Muhammad tinjauan al-quran dan hadist menduga bahwa
ketikamauan orang qurais menerima ajakan dakwah islam sebenarnya bukan masalah
keyakinan atau teologis akan tetapi lebih dominan faktor social dan ekonomi,
mereka yang kaya, yang biasanya berlomba-lamba menumpuk harta benda takut
ketika masuk islam akan menjadi hambatan mereka untuk meraih kenikmatan dunia.
Oleh karena itu diawal dakwah islam, kebanyakan mereka yang masuk islam adalah
dari golongan orang yang tidak mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat Djohan
Efendi bahwasnya surat-surat awal yang turun kepada Nabi muhammad kebanyakan
menerangkan dimensi social ketimbang dimensi keyakinan. Sebagai contoh sini
hanya diambil 12 surah paling awal saja, yakni: (1)Surah al-'Alaq, (2)
Surahal-Mudatstsir, (3) Surah al-Lahab, (4) Surah al-Quraysy, (5)Surah
al-Kawtsar, (6) Surah al-Humazah, (7) Surah al-Ma'un,(8) Surah al-Takatsur, (9)
Surah al-Fil, (10) Surah al-Layli, (11) Surah al-Balad, dan (12) Surah
al-Insyirah. Sengajahanya diambil 12 surah di atas, sebab surahyang ke-13
adalah Surahal-Dhuha. Beberapamufassir menceriterakan bahwa Surahal-Dhuha turun
sesudah Nabi mengalami masa jeda di mana wahyu terhenti beberapalama. Karena
itu ke-12 surah di atas turunatau diwahyukan kepada Nabi pada masa-masa sangat awal
dari keNabian, ataudari sejarah Islam. Ke-12 surah tersebut sama sekali tidak
menyinggung masalah keyakinan. Enam surah di antaranya justru menyinggung
masalah keserakahan terhadap kekayaan dan ketidakpedulianterhadap orang-orang
yang menderita. Dalam Surah al-Lahab, yang turun dalam urutan ke-3, disinggung
bahwa harta kekayaan dan usaha seseorang sama sekalitidak akan menyelamatkannya
dari hukuman di Hari Akhirat. Tidak berguna baginya kekayaannya, dan apa yang
dikerjakannya akan dibakar ia dalam api menyala. Surah al-Humazah, yang turun
dalam urutan ke-6, dengan keras mengingatkan akan nasib celaka bagi mereka yang
dengan serakah menumpuk-numpukkekayaan dan menganggap kekayaannya itu bisa
mengabadikannya. Celaka amat si pengumpat si pemfitnah. Yang menumpuk-numpukharta
kekayaan dan menghitung-hitungnya. Ia menyangka harta kekayaannya bisa
mengekalkannya.Dalam surah yang turun berikutnya, Surah al-Ma'un, orang-orang
yang tidak mempedulikan penderitaan anak-anak yatimdan orang-orang miskin
dikualifikasikan sebagai orang-orang yang membohongkan agama. Tahukah engkau
orang yang membohongkan agama Itulah dia yang mengusir anak yatim. Dan tidak
menganjurkan memberi makan orang-orang miskin. Surah berikutnya yang turun
dalam urutan ke-8, Surahal-Takatsur, memberikan peringatan keras terhadap
orang-orangyangasyik berlomba-lomba dalam kemewahan dan kekayaan. Kita menjadi
lalai karena perlombaan mencari kemegahan dan kekayaan. Hingga kita masuk ke
pekuburan. Dalam Surah al-Layli yang diwahyukan dalam urutan ke-10 diberikan
kabar baik terhadap mereka yang suka memberi dan sebaliknya kabar buruk bagi
mereka yang kikir dan bakhil. Maka siapa yang suka memberi dan bertaqwa. Dan
membenarkan nilai kebaikan Kami akan memudahkan baginya jalan kebahagiaan. Dan
siapa yang kikir dan menyombongkan kekayaan. Dan mendustakan nilai kebaikan
Kami akan mudahkan baginya jalan kesengsaraan. Dan tiada berguna baginya
kekayaannya ketika ia binasa. Yang terakhir Surah al-Balad yang diwahyukan
dalam urutan ke-11, menyinggung keengganan manusia memberikan bantuan kepada
sesamanya yang hidup dalam penderitaan dan kesengsaraan. Dan Kami tunjuki ia
dua jalan. Tapi tak mau ia menempuh jalan mendaki. Tahukah engkau jalan mendaki
itu. Memerdekakan budak sahaya. Atau memberi makanan di masa kelaparan. Pada anak
yatim yang punya tali kekerabatan. Atau orang papa yang terlunta-lunta.
Dari paparan diatas
dapat disimpulkan bahwasanya dimensi social juga menjadi tolak ukur keimanan
dan kecintaan kita terhadap Muhammad. Telah dicontohkan Bagaimana Nabi Muhammad
menunjukan rasa kasih sayangnya terhadap orang miskin, faqir, yatim, peduli terhadap
hewan, mengingatkan mereka yang yang sukanya menumpuk-numpukharta benda. Yang
jadi mengeherankan bagi penulis adalah sekarang banyak orang yang gembar-gembor
mengikuti sunnah Nabi Muhammad, akan tetapi secara lahiriah saja dan cenderung
melupakan intisari dari sunah dan ajaran Nabi muhammad.
Oleh
karena itu mucul dalam benak penulis berbagai macam pertanyaan
1.
Sudahkah kita mencintai Nabi dengan menyayangi anak yatim?
2.
Sudahkah kita mencintai Nabi dengan menolong yang lemah?
3.
Sudahkah kita mencintai Nabi denngan memberi makan mereka yang kelaparan,
mereka yang membutuhkan?
4.
Sudahkah kita mencintai Nabi dengan menyayangi binatang?
5.
Sudahkah kita mencintai Nabi dengan meningkatkan kesholihan sosial kita?
6.
Sudahkah kita mencintai Nabi tapi perilaku kita masih suka menumpuk harta
benda, suka membentak anak yatim, tidak mempedulikan keadaan sekitar?
Semoga kita bisa selalu
istiqomah mencintai dan mengikuti Nabi, penulis jadi teringat doa yang
diajarkan di Pondok Pesantern Al-Asror, doa tersebut yang bagi penulis
merupakan doa yang terbaik
.اللهم
أني اسالك من خيرما سألك منه سيدنا ونبينا محمد وأعوذ بك من شر ما استعاذ منه
سيدنا ونبينا محمد.
Ya Allah sesungguhnya
aku meminta suatu kebaikan, yang kebaikan itu selalu diminta oleh Nabi Muhammad,
dan saya berlindung dari keburukan, yang Nabi Muhammad selau meminta
perlindungan dari keburukan tersebut.