Kajian 3
Oleh Ibnu Badri
(22/11/2017)
Pada kajian kali ini,
penulis akan membahas tentang kelahiran orang yang paling mulia di dunia dan
akhirat, yaitu nabi Muhammad SAW dan pertumbuhanya sesuai yang termaktub dalam
kitab Irsyadul Mukminin karangan KH Hasyim As’ari.
KH Hasyim As’ari memulai
pembahasan kitabnya dengan menerangkan bahwasanya nabi Muhammad SAW lahir dari
kedua orang tuanya yang faqir, yaitu Abdullah dan Aminah, bapaknya wafat
menjelang dua bulan kelahirannya, hal inilah menurut sepakat riwayat.
Para ulama sepakat
bahwasanya nabi Muhammad lahir pada hari senin, bulan robiul awal tahun gajah,
akan tetapi mereka berselisih dalam tanggal kelahiranya, ada yang mengatakan
tanggal dua, tanggal delapan, tanggal sepuluh, dan tanggal dua belas.
Menurutnya keempat pendapat tersebut adalah yang masyhur menurut para ulama’.
Kemudian KH Hasyim
Asyari mengutip pendapat Hakim Abu Ahmad, yang menyatakan bahwasanya nabi
Muhammad lahir pada hari senin, diangkat menjadi nabi pada hari senin, hijrah
meninggalkan kota mekah pada hari senin, dan memasuki kota madinah pada hari
senin, 12 robiul awal, meninggal pada waktu dhuha, hari senin tanggal 12 robiul
awal, tahun 11 H, dan berusia 63 tahun.
Menurut Prof Qurais
Shihab bahwasanya kelahiran nabi itu pada senin malam menjelang fajar, Aminah
hanya ditemani jariyahnya saja yaitu Barokah Ummu Aiman, ada juga riwayat yang
kelahiran aminah dibantu oleh seorang bidan yang bernama As-Syafa. Kemudian pada
hari ketujuh dari kelahirannya, kakeknya, Abdul Mutholib menyebelih beberapa
ekor binatang dan menjamu kerabatnya, ketika itu ia ditanya mengapa putra
Abdullah itu dinamai dengan nama Muhammad, sangat berbeda dengan nama
leluhurnya, kemudian beliau menjawab aku mengharap dia terpuji berkali-kali
dilangit dan dibumi. Hal ini berbeda dengan Mahmud atau hamid yang artinya
terpuji walau hanya sekali.
Berkaitan dengan
pemberian nama, Imam Abdurahim Bin Qodhi menuturkan bahwasanya nabi Muhammad
dialam malakut biasa dipanggil dengan sebutan ahmad, karena nama ahmad
mengindikasikangerakan dalam sholat اØمد bediri seperti alif, rukuk seperti ha’.
Sujud seperti mim dan dal, duduk tasyahud seperti huruf dal. Beliau juga
menuturkan bahwasanya allah akan menciptakan mahluk seperti tulisan Muhammad Ù…Øمد mim menunjukan kepala, ha’ menunjukan
badan, mim menunjukan perut, dal menunjukan dua kaki, agar lebih jelas tulisan
lafal muhamad yang horizontal ditulis dengan posisi vertikal, maka akan sangat
terlihat jelas bahwa bentuk manusia seperti lafal Muhammad.
Menurut Imam Nawawi
Al-Bantani dalam kitabnya Nurul Dholam bahwasanya menurut pandangan ahlus sunah
waljamah, nasab nabi Muhammad di jalur bapak cukup disebutkan sampai Adnan
saja, dan nasab nabi Muhammad dari jalur ibu cukup disebutkan sampai Kilab
saja. Hal ini karena nasab setelah itu masih terjadi khilaf diantara juru badhe
(ahli pernasaban) tentang nasab nabi Muhammad setelah adnan dan kilab.
Prof. Said Romandhon
Al-Buti mengingatkan kepada kita bahwa diantara konsekuensi mencintai
Rasulullah Saw ialah mencintai kaum dan kabilah di mana Rasulullah saw lahir,
bukan dari sedi individu dan jenis, tetapi dari segi hakekat semata. Ini karena
hakekat Arab Quraisy telah mendapatkan kehormatan dengan bernasabkan Rasulullah
saw kepada kabilah tersebut. Hal ini tidaklah bertentangan dengan adanya
orang-orang Arab atau Quraisy yang menyimpang dari jalan Allah, dan merosot
tingkat kehormatanIslamnya. Karena penyimpangan atau kemerosotan ini secara
otomatis akan memutuskan dan menghapuskan kaitan nisbat antara mereka dan
Rasulullah saw.
Bukan suatu kebetulan
jika Rasulullah saw dilahirkan dalam keadaan yatim, kemudian tidak lama
kehilangan kakeknya juga, sehingga pertumbuhan pertama kehidupannya jauh dari
asuhan bapak dan tidak mendapat kasih sayang dari ibunya. Allah telah
memilihkan pertumbuhan ini untuk Nabi-Nya karena beberapa hikmah. Diantaranya
agar musuh Islam tidak mendapatkan jalan untuk memasukkan keraguan ke dalam
hati, atau menuduh bahwa Muhammad saw telah mereguk pengetahuan dakwah dan
risalah semenjak kecilnya, dengan bimbingan dan arahan bapak dan kakeknya.
Sebab kakek Abdul Muththalib adalah seorang tokoh di antara kaumnya.
Kepadanyalah tanggung jawab memberikan jamuan makan dan minum para hujjaj
diserahkan. Adalah wajar bila seorang kakek atau bapak membimbing
danmengarahkan cucu atau anaknya kepada warisan yang dimilikinya.Allah telah
menghendaki agar musuh-musuh Islam tidak menemukan jalan kepada keraguan
seperti itu, sehingga Rasul-Nya tumbuh dan berkembang jauh dari tarbiyah
(asuhan) bapak, ibu, dan kakeknya. Bahkan masa kanak-kanaknya yang pertama,
sesuai dengan kehendak Allah swt, harus dijalani di pedalaman Bani Sa’d jauh
dari seluruh keluarganya. Ketika kakeknya meninggal, ia berpindah kepada asuhan
pamannya, Abu Thalib, yang hidup sampai tiga tahun sebelum hijrah. Sampai akhir
kehidupannya , pamannya tidak pernah menyatakan dirinya masuk Islam. Ini juga
termasuk hikmah lain, agar tidak muncul tuduhan bahwa pamannya memiliki
pengaruh di dalam dakwahnya.
Demikianlah Allah
menghendaki agar Rasulullah saw tumbuh sebagai yatim, dipelihara oleh inayah
Allah semata, jauh dari tangan-tangan yang memanjakannya, dan harta yang akan
membuatnya hidup dalam kemegahan, agar jiwanya tidak cenderung kepada kemewahan
dan kedudukan. Bahkan agar tidak terpengaruh oleh arti kepemimpinan dan
ketokohan yangmengintainya, sehingga orang-orang akan mencampur-adukkan
kesucian nubuwah dengan kemegahan dunia, dan agar orang-orang tidak menuduhkan
telah mendakwahkan nubuwwah demi mencapai kemegahan dunia.
Setelah menerangkan
kelahiran nabi, KH Hasyim As’ari melanjutkan pembahasanya mengenai sifat
kemuliaan nabi Muhammad, seraya berkata bahwasanya nabi muhammad adalah contoh
teladan mengenai sifat iffah dan qonaah, uswatun hasanah mengenai kejujuran dan
amanat, bahwasanya sejak kecil nabi Muhammad adalah pribadi yang mandiri dan
suka bekerja, hal ini terbukti ketika beliau masih belia, beliau menggembala
kambing dengan beberapa ongkos, kemudian ketika memasuki masa remaja, nabi
bekerja kepada sayidah khotijah bin khuwalit untuk menjajakan barang
daganganya, beliau menjalani pekerjaan ini amanat dan jujur, sesungguhnya telah
diketahui bersama bahwasanya keberkahan dan keuntungan adalah hal yang
mengikuti kejujuran dan niat yang bagus.
Ada hikmah kenapa sejak
usia belia nabi muhammad suka bekerja dari mulai menggembala kambing sampai
berdagang hal ini berkaitan dengan bentuk kehidupan yang diridhoi oleh Allah
untuk para hambah-Nya yang shaleh di dunia. Sangatlah mudahbagi Allah
mempersiapkan bagi Nabi saw, sejak awal kehidupannya segala sarana kehidupan
dan kemewahan yang dapat mencukupinya sehingga tidak perlu lagi memeras
keringat dan menggembalakan kambing. Tetapi hikmah Ilahi menghendaki agar kita
mengetahui bahwa harta manusia yang terbaik adalah harta yang diperolehnya dari
usaha sendiri, dari hasil bekerja serta memeras keringat dan imbalan pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat dan saudaranya. Sebaliknya, harta yang
terburuk ialah harta yang di dapatkan seseorang tanpa bersusah payah, atau
tanpa imbalan kemanfaatan yang diberikan kepada masyarakat.
Kemudian ketika memasuki
usia 25 tahun nabi Muhammad menikahi sayidah khodijah, yang merupakan tuanya
dalam hal perdagangan. Perlu diketahui bahwasanya sayyidah khodijah adalah
wanita pertama yang nikahinya, dan tiada pernah nabi menikah dengan yang
lainya, ketika ia masih hidup. Ia adalah perempuan penolongdakwah nabi,
perempuan yang berjuang bersama nabi dan rela mengorbangkan apapun itu termasuk
dirinya sendiri dan hartanya, karena itulah jibril memerintahkannabi untuk
menyampaikan salam khusus dari Allah untuk khodijah, ia meninngal 3 tahun
sebelum hijrah kemadinah.
Sehubungan dengan
pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah kesan yang pertama kali didapatkan
dari pernikahan ini ialah, bahwa Rasulullah saw sama sekali tidak memperhatikan
faktor kesenangan jasadiah. Seandainya Rasulullah sangat memperhatikan hal
tersebut, sebagaimana pemuda seusianya, niscaya beliau memilih orang yang lebih
muda, atau minimal orang yang tidak lebih tua darinya. Nampaknya Rasulullah saw
menginginkan Khadijah karena kemuliaan akhlaknya di antara kerabat dan kaumnya,
sampai ia pernah mendpatkan julukan ‘ Afifah Thairah (wanita suci) pada masa
jahiliyah.
Menurut Prof Qurais
Shihab motivasi rosulullah menikahi khadijah adalah karena wanita yang mulia
lagi diidamkan banyak pria, yang mampu memilih siapa yang wajar untuk menjadi
pendampingnya, dan ternyata pilihanya sangat tepat. Pilihanya itu bertemu
dengan sosok lelaki yang meyakini kebahagiaan rumah tangga bukan ditentukan oleh
banyak sedikitnya materi atau karena status dan kedudukan akan tetapi
ditentukan kepribadian yang luhur dan asal usul yang bersih serta kematangan
berpikir dan bertindak, itulah nabi Muhammad.
Akan tetapi yang patut
disadari kecintaan nabi terhadap khadijah adalah anugerah dari allah. Hal ini
sesuai dengan sabdanya “ sungguh aku telah dianugerahi oleh Allah cinta
khadijah”.
Kemudian KH Hasyim
As’ari menutup bab ini dengan menceritakan bagaimana kejujuran dan kecedasan
nabi Muhammad seraya berucap ketika kaum Qurais terjadi persilisihan mengenai
peletakan hajar aswad pada saat membangun ka’bah, hampir saja terjadi
peperangan diantara qurais jikalau mereka tak menyetujui kebijaksanaan nabi.
Akhirnya nabi memutuskan perkara ini dengan sangat cerdas yaitu dengan
meletakan hajar aswad di selendang kainnya, kemudian meminta setiap suku untuk
memegang kain tersebut dan mengangkatnya ke tempat yang akan diletakan hajar
aswat tersebut. Dengan cara ini mereka para kaum qurais terhindar dari
permusuhan dan pertengkaran.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Komentar, jangan ada spam, sara, dan pornografi. saya menghormati komentar selain itu..........:)