December 8, 2017

KEBERANIAN NABI MUHAMMAD

Share on :

Kajian 7

Oleh Ibnu Badri (26/11/2017)

Pada kesempatan kali ini penulis ingin melanjutkan kajian mengenai kitab Irsyadul Mukminin karya KH Hasyim Asy’ari, pada pasal keberanian Nabi Muhammad, KH Hasyim Asy’ari menerangkan bahwasanya Nabi Muhammad adalah orang paling pemberani diantara para para pemberani, Nabi Muhammad tidak pernah takut mati untuk menegakan agama yang diridhoi oleh Allah, oleh karena itu Nabi selalu mengikuti peperangan selama ia hidup, tidak pernah didengar kabar walaupun sekali mengenai Nabi Muhammad yang berniat untuk terlambat untuk mengikuti perang, niat terlambat untuk mengikuti perang pun tidak pernah telintas dipikiran Nabi apalagi niat untuk tidak mengikuti perang. Nabi selalu berada diposisi terdepan untuk memimpin pasukan menghadapi musuhnya. Dan dalam setiap peperangan pasti ada sosok pahlawan yang tangguh dan gagah memukul musuhnya dengan semangat dan keberanian yang membara. Diceritakan suatu hari ali bin abi tolib beserta sebagian sahabat Nabi, merasa ketakutan dan berputus asa dalam menghadapi musuhnya,serta memerah sorot mata sahabat ali dan sebagian sahabatnya karena semakin terpojok, kemudian mereka berlindung kepada Nabi Muhammad, dan posisi Nabi Muhammad sangat dekat dengan musuhnya.Diceritakan juga ketika sahabat jabir bin Abdullah bersama Nabi Muhammad dalam perang Dhaturiqog, sesampainya kami dibawah pohon yang rindang, ia dan Nabi beristirahat sebentar dibawah pohon tersebut dengan posisi pedang Nabi digantungkan diatas pohon, tiba-tiba datang laki-laki musrik seraya menghunus pedangnya dihadapan Nabi, kemudian laki-laki tersebut bertanya kepada Nabi, apakah engkau takut,,? tidak jawab Nabi dengan tegas. Siapa yang membuatmu tidak takut mengadapiku? Nabi menjawab "Allah".



Perlu diketahui juga bahwasanya peperangan yang diikuti Nabi Muhammad bersifat defensif bukan agresif. Semua perang yang diikuti Nabi Muhammad itu sebagai reaksi dari serangan kafir qurais. Jadi perang yang diikuti Nabi bukanlah untuk menyebut sebuah system pemerintahislamyang didirikan atas jihad, karena perang yang diikuti rosulullah pada hakekatnya adalah fase dari beberapa fase dakwahnya Nabi, seperti fase awal dakwah adalah sembunyi-sembunyi, kemudian secara terang-terangan dan seterusnya. Berdasarkan hadist dan beberapa atsar bahwasanya perintah perang turun setelah Nabi Muhammd melakukan hijrah, namun perintah ini baru benar-benar dilaksnakan pada bulan shofar, satu tahun setelah rasulullah tiba dikota madinah. Pada waktu itu Nabi berniat keluar rumah untuk mengikuti perang yang pertama. Perang sebenarnya tidak benar-benar meletus, karena yang harusnya terjadi peperangan antara umat islam dengan pasukan qurais dan bani hamzah, ternyata berakhir denga perjanjian damai, rosulullah pun batal berperang dan kembali bersama sahabat ke kota madinah. Keberanian itu bukan hanya untuk perang melawan musuh akan tetapi keberanin sejati adalah keberanian untuk melawan hawa nafsunya, hal ini seperti yang disabdakan Nabi Muhammad,
“Kita telah kembali dari perang kecil menuju perang yang lebih besar, yaitu perang melawan hawa nafsu”.

Ya benar hawa nafsu adalah suatu yang harus diperangi dan dikalahkan. Karena hawa nafsu selalu mengajak kepada kemungkaran. Suatu malam penulis mendengar nasehat dari ustad Sukri, beliau berkata orang zaman sekarang ini aneh, orang zaman sekarang takut mati, akan tetapi kalau hidup takut menghadapi masa depan, orang zaman sekarang miskin keyakinan kepada Allah, Allah yang telah menghidupkan maka Allah pulalah yang akan menjaminnya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita selalu yakin, optimis serta penuh keberanian untuk menghadapi kehidupan ini dengan satu tujuan, yaitu mencari ridho Allah semata bukan untuk mencari harta benda serta pangkat dunia.

Para bijak bestari juga berkata, kita harus lebih berani melawan diri sendiri dari pada melawan orang lain. Taklukanlah diri sendiri sebelum engkau menaklukan dunia. Kalau penulis amati sebenarnya runtutan sebuah kesuksesan adalah adanya keberanian dalam hati yang mendorong seseorang untuk bergerak mencapai apa yang diinginkan, dan tidak akan kembali sampai ia mendapatkan apa yang diinginkan, keberanian mendorong sesorang untuk menguasai sesuatu sampai ia bertemu dengan sebuah kesulitan dan ia mampu mengatasinya bukan malah menyerah dan putus asa.

Perlu diketahui juga bahwasanya yang dinamakan keberanian itu tidak harus selalu melangkah maju, maju dan maju akan tetapi maju sekiranya mempunyai kemantapan hati untuk maju, dan mundur sekiranya hati mempunyai keyaqinan untuk mundur. Jadi untuk maju kedapan kita butuh yang namanya keberanian dan pertimbangan. Jadi bisa dikatakan keberanian adalah batas tengan antara takut dan spekulasi (ngawur). Dalam ketakutan ada kehilangan, dan dalam spekulasi ada melampaui batas. Dan dalam keberanian ada keselamatan. Jikalau hatimu tidak mempunyai keberanian untuk melangkah, dan engkau disuruh milih antara diam karena takut melangkah atau berspekulasi. Maka pilihlah untuk berspekulasi, karena dalam ketakutan tidak ada kebaikan sama sekali, sedangkan dalam spekulasi terkadang akan mendapatkan yang diinginkan.

Kemudian KH Hasyim Asy’ari melanjutkan pembahasanya bahwasanya Nabi Muhammad itu selalu menolong mereka yang tertindas, menolong yang lemah dari kedholiman yang kuat, selalu menjadi yang terdepan dalam menolong orang yang membutuhkan, Nabi Muhammad juga selalu menjaga orang lemah dari orang yang ingin menyakiti dan membuat mereka tenang dari rasa ketakutannya. Adapun orang-orang yang ketika dimintai pertolongan untuk memadamkan rumah yang terbakar dan ia enggan, atau datang membantu tapi untuk menjarah harta dari rumah yang terbakar. dan Orang-orang yangapabila melihat hewan yang hendak menyambar anak kecil dan ia engan menolong, dan orang-orang yang apabila melihat wanita yang mau dirampok dan hanya terdiam, maka sesungguhnya mereka semua adalah orang-orang penakut yang lari dari kematian kemudian jatuh pada pada lubang kematian (hati dan perasaanya). Rosulullah bersabda seburuk-buruknya manusia adalah orang pelit yang menyebabkan keresahan dan penakut yang menyebabkan kelemahan.

Prof. Dr. Mustafa Al-Ghalayaini berpendapat bahwasanya keberanian itu dibagi menjadi dua. Pertama keberanian asali yaitu keberanian yang mendorong seseorang untuk mempertahankan dirinya, negaranya dari orang-orang yang mengharapkan keburukan padanya, sampai Allah  memutuskan akhir dari perkaranya. Apabila ia memperoleh kemenangan maka ia akan mendapatkan kemuliaan, dan apabila ia tidak mendapatkan apa yang dimaksudkan maka ia akan dicatat sebagai orang-orang yang ikhlas beramal.

Kedua keberanian akhlaqi adalah keberanian yang mendorong seseorang untuk membela orang yang tertindas, menolak ketidak adilan, mengatakan kebenaran walaupun pahit dan dihadapan penguasa serta mendorong seseorang untuk memberikan petunjuk dengan cara bijaksana, moderat.



Artikel Terkait:

MUNGKIN BEBERAPA ARTIKEL DIBAWAH INI ADALAH INFORMASI YANG ANDA CARI:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Komentar, jangan ada spam, sara, dan pornografi. saya menghormati komentar selain itu..........:)